Terbaru - Disclaimer - Privacy Policy - Contact Us - Daftar Isi

Cara Menjadi Guru yang Baik (Profesional)

Bookmark and Share
Masih banyak guru di indonesia yang ketinggalan jaman, ketinggalan informasi, dan susah untuk mengubah diri karena faktor kondisi yang menjadikan para Guru hanya dapat pasrah saja, karena kondisi didesa dan kota pun berbeda {Fakta}, penerapan metode2 yang kuno sering terjadi di desa2 karena faktor pemerintah yang pusing memberikan dana karena banyak sekali sekolahan2 yang tidak kurang kompetitif atau kondisi keuangan sekolah dan pribadi yang sangat tidak menunjang guru untuk mengubah cara pembelajaran menjadikan sangat terhambatnya iformasi untuk siswa2 dalam mencari pengalaman. jadi akan sangat menonjol perbedaan siswa2 didesa dan dikota, sangat memprihatinkan jika masih terjadi seperti ini, tingkat intelektual yang rendah akan sangat menghambat perkembangan negara kita ini Indonesia.

Jadi yang saya ingin sarankan pada pemerintah untuk membuat tempat2 di kota2 besar dan kota2 kecil diseluruh indonesia dan harus merata yaitu tempat dimana anak2, remaja, orang dewasa dan orang tua dapat mengakses informasi.

Menjadi guru yang baik bukan berarti kita selalu mempermudah siswa dalam mencontek, {ingat itu!} tapi kita harus senantiasa mencari jalan bagaimana caranya untuk menjadikan siswa kita menjadi lebih mengerti tentang konsep yang kita ajarkan.

Menjadi guru memang lebih banyak merupakan tugas sosial. Mengapa demikian..? Bandingkan beban kerja guru dengan upah yang diterimanya ? Guru juga manusia, selain memiliki emosi juga memeliki kebutuhan2 dan mungkin juga melakukan kesalahan2. Saya agak prihatin ketika beberapa oknum guru yang melakukan kekerasan di ekspos oleh wartawan sedimikian rupa seolah-olah menggambarkan kekerasan oleh guru itu sudah biasa di sekolah tersebut.

Saya memang tidak begitu setuju dengan penggunaan kekerasaan dalam mengatur disiplin anak, namun apabila dicermati, perilaku anak sekarang juga berbeda dengan saat kita dulu menjadi murid. Perilaku anak sekarang cenderung mengarah tidak lagi menghormati orang tuanya, apalagi guru. Sementara cara-cara persuasif mungkin tidak cukup waktunya apabila pelaku pelanggaran peraturan sekolah jumlahnya banyak. Kesabaran seorang guru juga bervariasi berdasarkan latar belakang oknum guru tersebut. Memang berat karena belum ada “formula” yang bisa diterapkan kesemua guru tentang bagaimana menjadi guru yang baik dihadapan siswa. Tapi disitulah seninya menjadi guru dalam dunia sosial yang selalu berubah. Antisipasi dan kemampuan menangkap perubahan, namun tidak melonggarkan peraturan sekolah karena takut dianggap melanggar HAM atau di ekspos wartawan, perlu disikapi sebagai suatu wacana yang harus dihadapi karena itulah salah satu resiko menjadi GURU.

Guru yang baik yang mempunyai tujuan setiap berhadapan dengan siswanya, jangan pernah meremehkan apa yang dipikirkan oleh siswa karena setiap siswa telah memiliki tujuan sekalipun tidak pernah diungkapkannya dengan guru, berilah penilain yang berimbang, objektif pada siswa dan hargai setiap dia menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran.

Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.

Pertama. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.

Kedua. Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda.
Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.


Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas. Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.

Keempat. Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emasinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.

Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil.

Keenam. Memiliki rasa malu dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.

Ketujuh. Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj berlalu.”

Kedelapan. Tidak sombong.Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa.

Kesembilan. Berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.

Guru juga manusia, mempunyai keterbatasan, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kemajuan anak didiknya, belajar bukan hanya di sekolah aja kan?, justru orang tualah guru bagi anak- anaknya… sudah sepantasnya antara guru dan orang tua saling bersama – sama meningkatkan komunikasi untuk anak.

Banyak yang ngira kalo guru yg profesional harus ditunjang dengan tunjangan profesi yang sesuai!!!! Walopun saya setuju, tapi kalo emang kita berniat jadi guru maka hendaknya menyampingkan masalah materi dan mengedepankan KEIKHLASAN. Jangan terlalu banyak mengharap balasan dari manusia. Karena pastinya balasan dari Allah SWT jauh lebih berharga dari apapun. Believe that, i’ve tried it,,,,!!!!!!

Yang penting kalau sudah jadi guru mari selalu kita syukuri sebagai jalan melangkah untuk menengakkan kebenaran di muka bumi ini, hingga alam ini tidak menangis sedih melihat tingkah laku manusia yang sudah tidak mengenal moral yang baik, minimal jaga diri sendiri dan keluarga dari perbuatan zalim baik terhadap sesama maupun alam lingkungan kita ini.


Materi Pelajaran Terkait: