Laporan lain menunjukkan bahwa angka kejadian erectile dysfunction atau yang dikenal dengan impotensi meningkat secara tajam pada perokok yang mengisap lebih dari 10 batang sehari. Jumlah ini meningkat lebih dari 50 persen apabila kebiasaan tersebut juga disertai dengan penyakit degeneratif lain yang menjadi faktor risiko seperti diabetes, hiperkolesterol dan tekanan darah tinggi.
Seorang epidemiologist dari Johns Hopkins University, Baltimore-AS dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine mengemukakan data estimasi bahwa 18,4 persen dari pria Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita disfungsi ereksi dan kondisi tersebut berkaitan erat dengan kebiasaan merokok, kurang berolahraga, dan konsumsi makanan yang buruk. Juga terdapat pergeseran umur pada mereka yang menderita inpotensi ini dimana usia rata-rata menjadi lebih muda.
Dalam laporan ini, 5,1 persen ditemukan populasi yang berumur 20-39 tahun, sementara 14,8 persen berusia 40-59 tahun. Bandingkan dengan mereka yang menderita ejakulasi dini yang dilaporkan lebih dari 60 persen dari seluruh populasi yang diamati.
Fakta lain menunjukkan, setengah dari jumlah pria ini ternyata menderita diabetes dan hampir 90 persen mempunyai faktor-faktor risiko kardiovaskuler lainnya seperti tekanan darah tinggi, profil lemak darah yang buruk, serta dua kali lebih berisiko pada mereka yang memiki kebiasaan merokok.
Thomas G. Travisona dan kawan-kawan dari Department of Urology, Columbia University, New York dan New England Research Institutes Watertown, Massachusetts mempertegas sebuah studi bahwa penderita impotensi dapat mengalami remisi alamiah hanya dengan memperbaiki gaya hidup sehat khususnya menghentikan kebiasaan merokok.
Semua laporan di atas dapat disimpulkan bahwa merokok aktif secara bermakna memiliki hubungan kausalitas dengan terjadinya impotensi dan ejakulasi dini. Banyak sentra pendidikan yang menulis tentang kesulitan mengikis kebiasaan merokok ini karena nikotin memiliki efek adiksi yang bekerja hampir sama seperti heroin atau kokain.
Lalu bagaimana dengan Indonesia yang banyak sekali memproduksi berbagai macam rokok? Setelah banyak orang yang mengetahui betapa bahayanya merokok dan akibat merokok, produsen rokok malah semakin berlomba-lomba memasarkan produk rokoknya, sehingga rakyat pun semakin merasa ketagihan bahkan siswa-siswa SD dan SMP yang notabene berusia belia sudah ketagihan dengan rokok. Bukankah ini menjadi buah simalakama bagi negara? karena di satu pihak produksi rokok sangat membahayakan kesehatan generasi bangsa, tapi di pihak lain produksi rokok mendatangkan devisa negara yang tidak sedikit. Butuh kerjasama semua pihak untuk bisa menegaskan pentingnya menghilangkan kebiasaan merokok dan menjadikan bangsa Indonesia sehat jasmani dan rohani.
- bahaya rokok - kandungan dalam rokok - juga akan saya bahas lain waktu.