Terbaru - Disclaimer - Privacy Policy - Contact Us - Daftar Isi

Infeksi Torch yang Mematikan

Bookmark and Share
TORCH,”MEMATIKAN”

Infeksi pada kehamilan bisa membuat janin cacat atau mati. Berikut cara mencegah serta mengobatinya

Lewat surat, seorang ibu berusia 25 tahun dan telah 5 tahun menikah, mengeluh pada Redaksi mengenai kehamilannya yang selalu berakhir dengan keguguran. Menurut pemeriksaan dokter, di dalam darahnya terdapat infeksi toksoplasma dan CMV, yang rupa-rupanya menjadi penyebab janin tak bisa berkembang dengan baik.

Infeksi yang dialami si ibu, seperti dituturkan dr. Suharyanti, Sp.OG, dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta, tak hanya bisa membuat keguguran tetapi juga bayi lahir dalam keadaan meninggal, lahir prematur, serta berbagai cacat bawaan yang sudah dapat diketahui saat kehamilan atau beberapa bulan atau tahun setelah bayi lahir. Sayangnya, sebagian besar infeksi ini tidak menunjukkan gejala klinis jelas pada ibu hamil. “Padahal, infeksi pada wanita hamil, 40 persen akan menyebabkan infeksi pada janinnya. Dan makin dini infeksi itu tertular pada janin, makin berat kerusakan/cacat yang dialami janin.”

ANEKA INFEKSI

Salah satu infeksi yang sering terjadi pada ibu hamil dikenal dengan nama TORCH singkatan dari Toksoplasmosis, Other ( antara lain HIV, Sipilis, Klamidia, dll), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes. virus Mau tahu satu per satu?

* Toksoplasmosis

Adalah infeksi yang diakibatkan sejenis parasit Toksoplasma gondii yang biasanya ditemukan pada kucing. Manusia dapat terinfeksi kuman ini dengan tiga cara. Pertama, akibat memakan daging setengah matang atau makan buah-buahan, sayur-sayuran yang sudah dicemari oleh tinja kucing yang mengandung Oosit, dari ibu kepada bayinya (kongenital). Kedua, melalui penularan yang terjadi lewat transfusi darah. Ketiga melalui transplantasi organ.

Pada waktu pertama kali terinfeksi (infeksi primer), tubuh manusia akan membentuk IgM (Immunoglobulin M) sebagai reaksi terhadap masuknya benda asing ke dalam tubuh (antigen). IgM ini secara perlahan-lahan akan menghilang dalam waktu 1-24 bulan kemudian. Tapi ia bisa timbul lagi bila manusia terinfeksi kembali.

Setelah infeksi pertama tersebut, akan terbentuk IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat penangkis atau kekebalan tubuh. Juga merupakan protein dengan berat molekul besar yang menunjukkan bahwa tubuh kita telah terbentuk kekebalan.

IgG ini secara teoritis akan menetap di dalam tubuh, hanya saja kadarnya dapat naik-turun sesuai kondisi kesehatan. “Infeksi toksoplasmosis ini bisa menyerang siapa saja. Namun akan lebih serius masalahnya bila menyerang wanita yang sedang hamil. Ibu yang terserang toksoplasmosis, proses pembuahan serta pertumbuhan janinnya bisa terganggu. Infeksi ini dapat mengakibatkan abortus, lahir mati, cacat otak, kelainan mata atau pertumbuhan janin terhambat,” kata Suharyanti.
Usia kehamilan saat infeksi terjadi merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Makin awal infeksi tersebut terjadi, maka makin parah dampaknya bagi janin. Namun risiko infeksi pada janin bertambah dengan berlanjutnya uisa kehamilan. Sebagai gambaran, ibu hamil yang terinfeksi pada trimester I, menyebabkan 17 persen bayinya terinfeksi. Sekitar 60 persen dari bayi yang terinfeksi ini mengalami toksoplasmosis berat dan 40 persen sisanya ringan. Sedang infeksi pada trimester II, menyebabkan 24 persen bayi terinfeksi. Dari jumlah itu 30 persen terkena toksoplasmosis berat. Kemudian infeksi pada trimester III, menyebabkan sebagian besar atau 62 persen bayi terinfeksi. Tapi tidak satu pun terkena toksoplasmosis berat. Jelasnya, semakin lanjut usia kehamilan terinfeksi, semakin kecil dampak yang ditimbulkan pada janin.

Sayangnya, sebagian besar kasus infeksi toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala klinik. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah seorang ibu terinfeksi atau tidak, adalah pemeriksaan darah. “Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya parasit, yaitu Toksoplasma gondii. Bila wanita hamil terkena infeksi akut dengan toksoplasma (IgM positif), perlu dilakukan pemeriksaan IgA dan tes afiditas untuk memastikan apakah janinnya juga terinfeksi,” tambah Suharyanti.

Perkembangan ilmu akhir-akhir ini telah memungkinkan untuk memeriksa adanya infeksi pada janin. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari cairan ketuban, pemeriksaan contoh darah janin atau darah ibu. Pemeriksaan ini dapat juga dilanjutkan dengan USG secara berkala. Bila ibu atau janin terbukti terinfeksi, dokter dapat memberikan obat-obat antibiotik. Namun bila janin menunjukkan tanda-tanda kecacatan, seorang ibu dapat memutuskan, ingin meneruskan kehamilan atau tidak.

Untuk mencegah toksoplasma, terutama pada wanita hamil, sebaiknya jangan sekali-sekali membersihkan kotoran kucing atau hewan peliharaan lainnya tanpa sarung tangan. Bila perlu, mintalah bantuan orang lain. Jika Anda penggemar daging, masaklah hingga matang. Cucilah dengan air yang mengalir semua buah-buahan, sayuran mentah (lalapan) sebelum dimakan.


* Others (HIV, Sipilis, Klamidia, dll)


HIV adalah virus yang diasosiasikan dengan penyakit AIDS dan infeksinya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga virus infeksi lain dapat masuk. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV. Virus HIV ditularkan melalui darah atau selaput lendir. Hal ini biasanya terjadi khususnya pada mereka yang menggunakan obat dengan suntikan, melakukan anal sex, dan orang yang berganti-ganti pasangan yang melakukan aktivitas seksualnya tanpa pelindung.

Seorang ibu yang terkena HIV, dapat menularkan virus tersebut kepada janinnya (risikonya hingga 30 persen). Jika janin terinfeksi, virusnya tidak akan berkembang paling tidak sampai berumur 8 bulan, dan bayi selanjutnya dapat bertahan hidup hingga umur 3 tahun. Penularan pada bayi dapat juga terjadi saat melahirkan. Oleh sebab itu, bila bayi tidak terinfeksi, namun sang ibu positif HIV, operasi Caesar dapat menjadi pilihan.

Infeksi lainnya, seperti sipilis, klamidia, dan mikoplasma, dapat terinfeksi melalui hubungan seksual atau dari lingkungan, terutama lingkungan yang tidak bersih. Janin pun dapat tertular jika ibu yang sedang hamil tidak waspada terhadap virus-virus ini. Pemeriksaan dini pada awal kehamilan, sangat membantu untuk dicari penanganan selanjutnya oleh dokter.

* Rubella (Campak Jerman)

Penyebabnya virus Rubella. Penyakit ini tergolong ringan namun sangat menular. Biasanya menyerang anak-anak. Ditandai dengan timbulnya bintik-bintik merah pada kulit, pembesaran kelenjar getah bening dan khusus pada orang dewasa disertai nyeri pada persendian. Kejadiannya makin berkurang sejak ditemukannya vaksin Rubella (vaksin MMR) pada 1969. Jika infeksi ini muncul saat hamil dapat menyebabkan ketidaknormalan pada janin. Bisa mengakibatkan kebutaan/katarak, tuli, cacat jantung, bahkan keterbelakangan mental.

Untuk mencegah janin terinfeksi virus Rubella, ibu-ibu yang merencanakan kehamilan dapat melakukan vaksinasi Rubella dan melakukan tes darah, paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan. Namun jika pada saat kehamilan bersentuhan dengan seseorang (biasanya anak kecil) yang mempunyai tanda-tanda atau sedang terkena flu, perlu dilakukan tes darah kembali.


* Cytomegalovirus (CMV)


Gejala terinfeksi CMV sama dengan seperti kena serangan flu biasa. Sumber infeksi CMV dapat berasal dari tenggorokan, ludah, lendir mulut rahim, sperma, urin (terutama pada anak-anak) atau melalui transfusi darah (meskipun sangat jarang terjadi)., dan tranplantasi organ. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh infeksi CMV antara lain keguguran spontan, keterbelakangan mental, hidrosefalus, mikrosefalus (kepalanya kecil) dan lainnya.

Untuk mendeteksi apakah wanita hamil terkena infeksi CMV, serangkaian tes dapat dilakukan untuk melihat apakah janin sudah tertular atau belum. Misalnya lewat pemeriksaan Imunoglobulin M (IgM), CMV kultur atau biakan virus CMV untuk membantu menemukan diagnosa yang lebih tepat dari virus ini.


* Herpes Simplek Virus (HSV)


Penyakit ini menular melalui hubungan seksual dan biasanya ditandai dengan bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan dan sakit pada alat kelamin . Bila wanita hamil terinfeksi, sangat jarang bayi yang sedang dalam rahim dapat tertular. Tapi tak tertutup kemungkinan, infeksi tertular pada bayi karena gesekan dengan alat kelamin ibu pada saat melahirkan. Dalam kasus ini, operasi Caesar dapat menjadi pilihan.

Jika bayi terinfeksi, sistem sarafnya bisa rusak atau cacat. Ada juga bayi yang menjadi buta, karena kornea matanya terinfeksi HSV pada saat proses kelahirannya melewati jalan lahir ibu.


Materi Pelajaran Terkait: