Terbaru - Disclaimer - Privacy Policy - Contact Us - Daftar Isi

Kenali Emosi dan Perasaan Bayi

Bookmark and Share
KENALI PERASAAN BAYI

Banyak perubahan menarik yang dialami anak di bulan-bulan pertama kehidupannya. Tak hanya secara fisik dan kognitif saja, tapi juga emosionalnya.

Apa sih, sebetulnya yang terjadi ketika bayi menangis, tersenyum, dan menyimak suara ibu? Menangis dan tersenyum adalah wujud dari emosi atau perasaan bayi yang sudah bisa kita temui di hari-hari pertama setelah kelahirannya. Nah, apa saja yang sudah bisa dirasakan oleh bayi sejak lahir sampai tahun pertama usianya?

BAYI LAHIR – 2 BULAN


* Sedih

Perasaan ini pada bayi mudah sekali dikenali. Sering, kan, kita melihat bayi menangis sampai bibirnya bergetar dengan mata menutup dan tangan mengepal. Biasanya perasaan sedih ini muncul karena adanya rasa tak nyaman akibat kecapaian, lapar, haus, basah, sakit, ataupun overstimulasi. Namun, adakalanya tangisan itu tak diketahui penyebabnya.

Seperti halnya orang dewasa, di saat merasa stres bayi akan mencari cara untuk mengurangi stres dan menenangkan diri sendiri, seperti mengisap jari tangan

atau kepalan tangannya, dan mengisap empeng. Jadi sebetulnya setiap orang punya kemampuan emosi untuk tetap membuat dirinya merasa senang. Kenyataannya, pada bayi hal ini sangat tergantung pada perhatian orang yang mengasuhnya.

* Rasa senang

Rasa senang dan kepuasan hati merupakan emosi lainnya yang ada pada bayi baru lahir. Ia akan merasa senang bila mengalami peralihan dengan mudah dari tidur ke bangun dan sebaliknya. Begitu pula bila kebutuhan makannya terpenuhi, ada kehangatan, dan dimanja-manja.

Pada bulan kedua, dalam mengekspresikan kesenangannya bayi melakukannya dengan senyuman. Hal-hal yang menyenangkan itu misalnya mendengar suara ibu dan melihat wajah ibu atau tangan mungilnya dipegang-pegang.

* Rasa keakraban

Ketika bayi masih dalam kandungan, ia sudah mendengar suara-suara di sekitarnya, terutama suara ibunya. Begitu lahir, ia sudah mampu membiasakan diri dengan suara yang sama. Hal ini memberikan rasa akrab yang merupakan langkah awal bagi proses kelekatan anak dan orang tua.

Dalam periode ini, bayi juga mulai sadar bahwa orang-orang di sekelilingnya, terutama pengasuh, akan merespons tangisannya. Ini merupakan landasan bagi rasa percaya (basic trust) anak.

Selain itu, bayi tak hanya bisa merasakan kehadiran orang tuanya saja tapi juga mood-nya. Menurut suatu studi, bayi sangat sensitif pada perubahan ekspresi wajah ibunya.

* Upaya mendorong perkembangan emosinya:

- Tanggapi segera tangisannya, sehingga si kecil dapat mempercayai kemampuan diri sendiri.

- Tunjukkan padanya bahwa perasaan merupakan hal penting dengan merespons isyarat-isyaratnya. Tersenyumlah bila ia merasa senang atau puas, dan tenangkanlah ketika ia marah.

USIA 2- 6 BULAN

* Kegembiraan

Di periode perkembangan ini, bayi mulai mengenali kebiasaan-kebiasaan dari lingkungannya dan bagaimana menanggapinya. Umpamanya, kebiasaan menyusu/makan pada jam-jam tertentu. Ketika pada jam itu ia mengharapkan makan dan kemudian sang ibu menyodorkan botol susu atau ASI, maka ia akan tampak senang dan gembira.

Biasanya sekitar usia 3-4 bulan ia mengekspresikan kegembiraan tersebut secara lisan dengan mengeluarkan suara-suara. Ia pun mulai sadar bahwa tindakannya dapat memberikan akibat spesifik seperti yang diinginkan. Misalnya, agar orang tua mengelusnya, ia akan merengek-rengek.

* Kekecewaan

Pada dasarnya bayi merasa senang bila apa yang diinginkannya dapat terpenuhi. Sebaliknya, jika keinginannya tidak direspons sesuai harapan, maka ia bisa merasa kecewa, sedih, dan juga marah seperti halnya perasaan tak nyaman secara fisik kalau misalnya popoknya basah. Untuk menunjukkan perasaan kecewa, biasanya bayi akan mengerutkan keningnya dan menurunkan bibirnya. Jadi, tampak sekali kekesalan di wajahnya.

* Empati

Di usia 4 bulan, kemampuannya merasakan emosi orang-orang di sekelilingnya sudah mulai tajam dan berkembang. Bayi dapat membedakan mana wajah yang sedang senang dan mana wajah yang sedang marah. Begitu pula dengan nada suara.

Di usia ini ia mencoba menirukan mimik wajah seperti yang dilihatnya. Beberapa pendapat mengatakan bahwa mungkin secara aktif bayi juga mencoba mengubah ekspresi wajah ibu/ayahnya yang cemberut menjadi tersenyum. Caranya dengan memamerkan senyum yang lebar. Bila usahanya ini tidak berhasil, maka ia pun akan menyerah dan jadi ikut sedih.

* Kontak emosi

Perasaan-perasaan bayi akan ikatan kasih sayang sudah menjadi lebih kompleks. Ia mulai berinteraksi dan akan berinisiatif lebih dulu untuk “berdialog” dengan orang yang dianggap mengasihinya. Caranya dengan tersenyum atau mengeluarkan suara. Kemudian dia mengharapkan kita untuk meresponsnya.

Sekitar usia 6 bulan, komunikasi dia dengan kita tak lagi satu arah, tapi sudah dua arah. Secara emosi juga sudah saling memberi dan menerima atau dengan kata lain, relasi antara orang tua dan anak ini semakin hari semakin intens dan intim.

Upaya mendorong perkembangan emosi bayi:

- Berilah ia mainan yang bisa memberikan respons, seperti mainan yang akan mengeluarkan bunyi-bunyi jika diguncang-guncang.

- Tirukan tingkahnya. Bila ia mengeluarkan suara, tirukan suaranya. Ini akan memperlihatkan bahwa apa yang ia lakukan ditanggapi oleh kita. Namun bila ia menunjukkan ketidaksukaan maka berhentilah berinteraksi.

- Perhatikan rutinitasnya sehari-hari. Adanya konsistensi atau kebiasaan akan membuat bayi merasa aman.

Bayi USIA 6-12 BULAN


* Kecemasan berpisah

Sekitar usia 7 bulan, bayi mulai menyadari keberadaan orang tuanya. Melihat orang tua, terutama ibu membuatnya merasa aman. Begitu ibu tidak tampak, ia merasa cemas. Ketika ibu kembali setelah meninggalkannya beberapa menit atau beberapa jam, bayi akan tampak senang.

* Kecemasan pada orang asing

Di usia-usia awal bayi akan tersenyum ramah kepada setiap orang. Namun, kini ia mulai lebih membedakan. Ia juga memperhatikan bagaimana kita bereaksi kepada seseorang dan kemudian itu yang ditirunya. Jadi, bila kita tampak menarik diri dan takut terhadap seseorang, dia pun akan berlaku sama. Begitu pula bila kita tersenyum dan bersikap santai, ia pun mungkin merasakan hal sama.

* Takut

Di usia ini, perkembangan kognitifnya untuk dapat memahami keadaan sekeliling jadi bertambah. Di saat ia sudah bisa bergerak atau menjelajahi lingkungannya mungkin ia merasa sangsi atau curiga pada apa yang ditemuinya. Itu karena ia dapat dengan mudah membedakan peristiwa yang asing dan yang tidak dari orang yang dia cintai dan dari orang asing. Orang asing atau apa pun yang dirasanya tidak biasa dapat membuatnya takut.

* Kasih sayang yang ekspresif

Ikatan antara orang tua dan anak sudah berlanjut menguat. Anak belajar bahwa ekspresi emosi dapat menghasilkan efek yang sangat kuat. Sekitar usia 7-8 bulan ia mulai sengaja tersenyum untuk mendapatkan perhatian kita. Mendekati usia setahun mungkin ia sudah mulai menunjukkan emosi yang dilebih-lebihkan atau berpura-pura.

* Percaya diri

Bila bayi berhasil atas pencapaiannya, seperti dapat bertepuk tangan sesuai perintah kita, maka ia berharap bisa membagi kesenangannya dengan kita. Jadi, respons positif kita akan menguatkan aksinya, atau mendorong rasa kemampuan dan kemandiriannya.

Upaya mendorong perkembangan emosinya :

- Berikan kesempatan kepadanya untuk lebih berperan dalam bermain dan berkomunikasi.

- Kenalkan konsep bergiliran. Contohnya, lakukan tepuk tangan dan setelah itu minta si kecil untuk juga bertepuk tangan. Latihan ini akan membantunya mengembangkan kontrol rangsang gerak, memberikan kesenangan berbagi, dan memberi keyakinan bahwa kita merespons aksinya.

- Bila anak bermain dengan mainan interaktif, jangan langsung membantunya. Cukup beri contoh bagaimana melakukannya di awal dan kemudian biarkan ia bereksperimen. Bila ia membuat kesalahan, coba lagi dengan pendekatan lain. Keberhasilan akan membuatnya merasa senang pada dirinya sendiri.

- Bantulah anak untuk menyesuaikan diri dengan tempat-tempat yang asing dan juga orang-orangnya. Ia akan menangkap bahwa kita pun sensitif pada perasaannya.

CARA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI ANAK

1. Biarkan anak bermain dan bereksplorasi untuk mengembangkan kepercayaan diri dan kemandiriannya.

2. Tanggapi segera rasa sedih dan marahnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang cepat direspon atau ditenangkan akan lebih simpatik sebab dengan begitu mereka melihat bahwa perasaan merupakan hal penting.

3. Sadarilah bahwa kita tidak selalu dapat melindungi anak dari kesedihan dan kesakitan. Sekali-kali, anak perlu mengalami hal yang tidak menyenangkan untuk mengembangkan emosinya.

4. Jangan kecilkan perasaan anak dengan mengatakan seperti, “Bodoh, kalau kamu takut.”

5. Hargai temperamen anak. Anak mengalami emosi-emosi dengan cara yang berbeda. Anak yang penakut akan lebih mudah merasa malu daripada anak yang suka bergaul.


Materi Pelajaran Terkait: